Ada banyak pengertian tentang kecerdasan. Kecerdasan dapat
dipandang sebagai kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu. Kecerdasan
dapat pula dipandang sebagai kemampuan seseorang untuk menguasai kemampuan
tertentu atas aneka macam ketrampilan. Pada prinsipnya kecerdasan bergantung
pada konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan oleh kehidupan kita. Test IQ
hanya akan mengukur sesuatu yang lebih tepat disebut sebagai bakat bersekolah.
Sementara kecerdasan sesungguhnya mencangkup aspek yang lebih luas.
Pada masa lalu, para filosof Yunani mengungkapkan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk yang paling cerdas. Namun kecerdasan itu harus dilatih agar bisa tampil keluar, serta dilihat oleh orang lain. Seseorang yang cerdas, maka ia bisa menjadi manusia seutuhnya, jika menguasai ilmu filsafat, seni, dan olahraga, ketiga hal itu sudah ada dalam diri manusia.
Di samping itu, menurut Aristoteles, manusia yang sehat
menguasai ilmu, seni, olahraga seharusnya juga mempunyai ethos, logos,
dan pathos. Artinya, ia memperlihatkan kualitas dan kapasitas yang
menyangkut,ethos merupakan karakter moral yang baik dan
diterima oleh siapapun, ia mampu melakukan pendekatan dengan melalui cara-cara
atau perilaku hidupnya yang baik dan bermartabat, pathos kemampuan membuka jalan untuk orang lain; mampu menyentuh perasaan dan
emosi seseorang melalui teladan hidup dan kehidupan dan logos kemampuan mengukapkan kata-kata yang
mampu meyakinkan orang lain, sehingga mereka mendapat pengetahuan baru ataupun
berkembang secara intelektual dan kecerdasannya
Jadi, ilmu, seni, olahraga harus dipadukan atau tercermin
dengan [melalui] etos, pathos, dan logos, itulah kecerdasan asali manusia.
Dengan demikian, mudah dipahami bahwa manusia [dan budayanya] pada masa lalu
berhasil membangun peradaban yang tinggi di masanya. Peninggalan-peninggalan
mereka, misalnya suku Inca di Amerika, Istana-istana megah di Mesir dan Italia,
Yunani, bahkan prasati-prasasti dan Candi-candi di Thailand dan Indonesia,
semuanya menunjukkan adanyalocal genius, yang menguasai ilmu, seni,
olahraga, dan memperlihatkan bahwa mereka mempunyai ethos, pathos, dan logos.
Namun dalam perkembangan kemudian, berdasarkan temuan
beberapa ahli, menurut mereka, ternyata manusia tercipta dengan kecerdasan
khas, yang tidak ada pada ciptaan lainnya. Kecerdasan tersebut berbeda dengan
makhluk-makhluk lain, dan karena manusia adalah Imago Dei. Temuan
baru tersebut melahirkan gagasan bahwa pada dasarnya semua manusia
memiliki kecerdasan; memiliki lebih dari satu jenis kecerdasan; semua orang
memiliki tujuh jenis kecerdasan, yaitu linguistik atau mengungkapkan
pikiran melalui bahasa; musikal atau mempunyai ketrampilan menggunakan
instrumen musik; logika dan matematika, kemampuan menghitung; spasial, yang
mampu menciptakan gambaran yang indah tentang banyak hal; gerak tubuh;
personal; interpersonal.
Sebagian besar dari kita barangkali tidak mampu
mengoptimalkan ke tujuh kecerdasan tersebut. Umumnya kita berada diantara
kecerdasan tersebut. Ada yang menonjol di satu kecerdasan sementara lemah di
kecerdasan yang lain. Nah,,kali ini penulis khusus mau ngebahas tenatang kecerdasan spacial.Apa itu kecerdasan spacial?
Kita perlu mengerti dulu makna spasial, sebelum mendefenisikan kecerdasan
spasial. Spasial terkait erat dengan kata space
yang berarti ruang. Spasial bermakna keruangan. Ruang merupakan lingkungan
disekitar kita atau lebih tepatnya keadaan geografis sekitar kita, misal
gunung, sungai, bukit, jalan, laut, sawah, rumah, rumah sakit, bangunan, dsb.
Peta menjadi salah satu cerminan makna spasial. Di dalam peta digambarkan
keadaan permukaan bumi dengan sebenarnya. Kerincian informasi akan sangat
tergantung pada skala. Peta berskala besar maka informasi yang ditampilkan
cukup detil, semakin kecil skala peta, maka infomasipun akan general. Sehingga,
kecerdasan
spasial merupakan daya ingat/daya pikir seseorang terhadap keruangan. Misalnya
ketika diajukan pertanyaan sederhana : dimana letak Kota Jayapura? Otak akan
segera berpikir dan menjawab bahwa Jayapura di Pulau Papua, berada di pesisir
utara pulau tersebut. Pertanyaan berikutnya, dimana Tugu Monas ? maka otak akan
segera berpikir dan mulut menjawab bahwa tugu itu berada di jantung ibukota RI.
Sedangkan dalam dunia
psikologi, kecerdasan spasial (spatial quotient)
termasuk salah satu jenis kecerdasan yang sering turut diukur dalam test IQ
bersama-sama dengan kecerdasan verbal dan logikal. Biasanya, dalam mengukur
kecerdasan ini kita diminta memilih pasangan yang tepat dari suatu gambar 2
dimensi ataupun 3 dimensi. Namun, dalam praktik kecerdasan spasial semestinya jauh lebih dari
itu. Kecerdasan spasial adalah bagaimana seseorang dapat menempatkan aspek
keruangan secara tepat dalam berbagai pengambilan keputusannya, baik dalam
bekerja mapun berekreasi.
Selain itu, dalam sumber lain juga dijelaskan, Kecerdasan Spasial melibatkan kemampuan
seseorang untuk memvisualisasikan gambar di dalam kepala (dibayangkan) atau menciptakannya
dalam bentuk dua atau tiga dimensi. Kita membutuhkan kecerdasan ini dalam hidup
sehari-hari juga, misalnya: saat menghias rumah atau merancang taman,
menggambar atau melukis, menikmati karya seni, dsb.Adapun pekerjaan yang mengutamakan
kecerdasan spasial antara lain: arsitek, pematung / pemahat, penemu, designer, dsb.
Pada
kecerdasan spasial dijelaskan bahwa hidup dan kehidupan manusia berada di dan
dalam dimensi yang terlihat dan tidak. Dimensi yang terlihat, misalnya ada
batas-batas tingi, panjang, luas, area dan arena yang terbatas secara
geografis. Dimensi yang tidak terlihat atau imajinatif, ada batas-batasnya
namun tidak terbentuk, misalnya tanggal, hari, waktu, era, dan masa. Dalam
pikiran dan sikonnya, manusia bisa memahami perbedaan kemarin dan hari ini,
namun ia tidak bisa menentukan batas geografis antara kemarin dan hari ini;
manusia mampu menentukan batas imajinatif antara waktu lalu
dan masa kini, dan seterusnya. Ia hanya bisa menentukan dan merasakan semuanya
itu hanya ada dalam imajinasi.
Orang-orang yang mempunyai kecerdasan spasial tinggi,
biasanya disertai daya imajinatif cepat dan tepat. Ia dengan cepat
menerjemahkan ketidakaturan benda-benda di sekitarnya [dalam dan melalui pikirannya]
menjadi sesuatu yang indah dan teratur. Ia mampu mengeluarkan hasil olah
pikirnya dalam bentuk gambar, diagram, lukisan. Misalnya, walau hanya dalam
pikirannya, ketika melihat hamparan padang rumput dan pohon-pohon di lereng
gunung-gunung, melalui imajinasinya, ia akan menggeser gunung, pohon, sungai
tersebut ke tempat lain, yang menurut pikiranya lebih tepat dan indah. Bahkan
ketika melihat ketidakaturan di terminal dan pasar, walau hanya dalam pikiran,
ia dapat merubahnya menjadi lebih baik. Walau ia pahami bahwa dirinya dalam
ruang dan waktu, namun karena imajinasi spasialnya menjadikan dirinya sebagai
pusat dari segala sesuatu bahkan pusat dari tata surya. Mereka yang mempunyai
kecerdasan spasial, biasanya berprofesi sebagai arsitektur, pelaut dan kapten
kapal, pilot, pelatih sepakbola, penata ruang, pelukis, design grafis, dan
lain-lain.
Ciri-Ciri Kecerdasan Spacial
1.
Sangat
senang bermain dengan bentuk dan ruang ( rancang bangun ) seperti puzzle dan
balok.
2. Hafal sekali jalan-jalan yang pernah
dilewatinya. Misalnya ia tahu rute perjalanan ke rumah nenek, ke sekolah
kakaknya, ke kebun binatang dan sebagainya. Tak jarang ia jadi pemandu
pengemudi untuk melewati jalan yang dikenalnya. Ia akan protes bila jalan yang
dilewatinya berbeda., walaupun tujuannya untuk menghindari kemacetan.
3.
Tak banyak
bicara, melainkan lebih aktif mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan ruang
seperti mencorat coret, mewarnai, bermain puzzle, menyusun balok dsb.
4.
Mempunyai
kemampuan memecahkan masalah yang baik. Ia lebih mampu mencari solusinya
dibandingkan anak lain karena ia bisa membayangkan apa yang terjadi setelahnya.
5. Senang membandingkan mana yang lebih
pendek, lebih tinggi. lebih besar, lebih jauh dan sebagainya dengan menggunakan
alat-alat sederhana yang ditemukannya di rumah atau dengan menggunakan anggota
tubuhnya sendiri menjengkal atau melangkah.
6. Mampu memperkirakan jarak. Jika
berlari misalnya ia bisa mengantisipasi diri dengan ruang sehingga tidak
menabrak.
7. Mempunyai perhatian yang tinggi
terhadap detail seperti gradasi warna atau ukuran yang berbeda-beda tipis,
umpamanya dua benda yang sama persis hanya berbeda beberapa milimeter.
Beberapa
tokoh seperti Pablo Picasso, Leonardo da Vinci atau Pak Tino Sidin adalah
orang-orang yang memiliki kecerdasan spasial.
Contoh-Contoh Kecerdasan Spacial
1.
Seorang pebisnis yang memiliki
kecerdasan spasial cukup, akan relatif peka terhadap tempat-tempat strategis
yang diharapkan potensial mendatangkan keuntungan, misalnya untuk didirikan
warung Padang, mini market ataupun tempat kos-kosan. Dalam level yang lebih
canggih, hal ini bisa didapatkan oleh operator telepon seluler (misal untuk
optimasi lokasi menara seluler yang sangat mahal itu), perusahaan armada
transportasi (untuk optimasi route yang dilalui), atau juga oleh investor yang
tahu memilih daerah yang tepat untuk menanam modal di sektor real. Pebisnis ini
dapat dikatakan telah melakukan spasial investing – investasi yang dipandu oleh
kecerdasan spasial.
2.
Seorang wisatawan yang memiliki
kecerdasan spasial akan relatif peka dalam memilih tempat yang berharga untuk
dikunjungi, termasuk rute perjalanannya yang paling efisien, juga bagaimana
memilih hotel yang nyaman, murah dan strategis, bahkan hingga bagaimana
mengatur bagasinya hingga ringkas dan tidak kena denda kelebihan muatan. Dalam
hal ini, kecerdasan spasial dapat pula disebut kecerdasan berwisata (traveling
quotient).
3.
Dalam bidang olahraga, ternyata sebagian
besar jenis olahraga pertandingan adalah terkait aspek spasial. Bagaimana
strategi memenangkan piala dunia sepakbola, hampir 50% ditentukan oleh posisi
pemain kawan, posisi pemain lawan, posisi bola dan posisi gawang musuh. Jadi
ternyata ada bagian dari kecerdasan kinestetik (yang terkait gerak) dengan
kecerdasan spasial. Dalam bidang penyelamatan, seperti pada saat ada musibah
bencana, ataupun ada perang, kecerdasan spasial dapat memainkan peran antara hidup
dan mati. Orang perlu tahu rute evakuasi yang aman, atau perilaku sebenarnya
banjir, awan panas atau tsunami. Adapun kemampuan menyelamatkan diri pada saat
kritis, adalah bagian dari kecerdasan bertahan hidup survival quotient).
4.
Dalam pemerintahan, seorang kepala
daerah yang cerdas spasial akan mengetahui dengan tepat posisi dan kondisi
kantong-kantong kemiskinan sehingga dapat menaruh kawasan prioritas
pembangunannya dengan optimal. Dia juga cepat memahami titk-titik munculnya
masalah (misal wabah flu burung) sehingga dapat sigap mengantisipasinya. Bahkan dalam pemberantasan korupsi,
cerdas spasial diperlukan baik untuk mencegah (preventif) maupun memberantas
korupsi yang telah terjadi. Secara preventif misalnya, pemasangan alat GPS di
tiap kendaraan suatu armada taksi, akan membuat sopir taksi tidak bisa
seenaknya, karena pusat taksi jadi tahu persis posisi tiap taksi. Namun pada
saat yang sama sopir taksi juga diuntungkan karena dengan sistem itu order
langsung diberikan ke taksi terdekat yang sedang kosong. Seandainya ada aturan
bahwa dalam tiap LPJ kepala daerah harus dilampiri peta yang menunjukkan
kondisi lingkungan dan distribusi kemakmuran sebelum dan sesudah masa jabatan,
tentu juga para kepala daerah tidak bisa seenaknya menguras kekayaan daerahnya.
Sedang dalam memberantas korupsi, kecerdasan spasial perlu untuk mengembangkan
teknik-teknik intelijen atau penyelidikan.
Comments
Post a Comment