Terjadinya interferensi selalu
terkait dengan teori gelombang cahaya. Gelombang cahaya berkaitan
dengan besaran amplitudo, panjang gelombang, fase serta kecepatan. Kecepatan cahaya akan
mengalami perubahan apabila cahaya tersebut melewati suatu medium.
Dengan mengukur perubahan tersebut, dapat diketahui keadaan medium yang
dilewati tersebut, misalnya indeks bias, tebal bahan dari medium yang
dilaluinya dan panjang gelombang sumber cahayanya.
Interferensi adalah penggabungan suporposisi dua gelombang atau lebih yang bertemu pada satu titik ruang. Hasil interferensi yang berupa pola pola cincin dapat digunakan untuk menentukan beberapa fisis yang berkaitan dengan interferensi, misalnya panjang gelombang suatu sumber cahaya, indeks bias, dan ketebalan bahan. (Tipler : 1991)
Dalam memahami fenomena interferensi, perlu berdasar
pada prinsip optika fisis, yakni cahaya sebagai gelombang yang
merambat dan tiba
pada suatu titik yang bergantung pada fase dan amplitudo gelombang tersebut. Pola interferensi
cahaya haruslah bersifat koheren, yaitu gelombang-gelombang harus
dari satu sumber cahaya yang sama dan beda fase tetap. Agar bersifat koheren, maka cahaya dibagi
dari satu sumber (tunggal) menjadi dua berkas cahaya atau
lebih, pembagian ini dilakukan
dengan memantulkan cahaya dari dua permukaan yang terpisah. Dan kemudian
digabungkan untuk membentuk pola interferensi.
Apabila dua gelombang yang berfrekuensi dan berpanjang gelombang sama tapi berbeda fase bergabung, maka gelombang yang dihasilkan merupakan gelombang yang amplitudonya tergantung pada perbedaan fasenya. Jika perbedaan fasenya 0 atau bilangan bulat kelipatan 360°, maka gelombang akan sefase dan berinterferensi secara saling menguatkan (interferensi konstruktif). Sedangkan amplitudonya sama dengan penjumlahan amplitudo masing-masing gelombang. Jika perbedaan fasenya 180° atau bilangan ganjil kali180°, maka gelombang yang dihasilkan akan berbeda fase dan berinterferensi secara saling melemahkan (interferensi destruktif). Amplitudo yang dihasilkan merupakan perbedaan amplitudo masing-masing gelombang. (Tipler : 1991)
Dengan kata lain, Interferensi cahaya terjadi jika dua (atau lebih) berkas cahaya kohern dipadukan. Dua
berkas cahaya disebut kohern jika
kedua cahaya itu memiliki beda fase
tetap. Interferensi destruktif
(saling melemahkan) terjadi jika kedua gelombang cahaya berbeda fase 180°. Sedangkan interferensi konstruktif (saling menguatkan) terjadi jika kedua
gelombang cahaya sefase atau beda
fasenya nol. Interferensi destruktif
maupun interferensi konstruktif dapat diamati pada pola interferensi yang terjadi.
Comments
Post a Comment